OFFICER MD

Introducing Text

Gerilya Para Istri demi menggapai kemulusan “KARIER” suami.

on 03 November 2008


Arti SUKSES dalam kehidupan bagi setiap orang tentu berbeda-beda, tergantung perspective cara pandang masing-masing. Ada yang memandangnnya dengan kasat mata seperti: materi yang berlimpah, jabatan yang bergengsi, memenangkan kejuaraan taraf national bahkan international, memiliki rumah bagus & besar, punya mobil mewah lebih dari 3, menyekolahkan anak2 di sekolah favorite etc lah…

Awalnya saya pun menilai kesuksesan dr perspective tersebut,, namun seiring waktu dalam menjalani kehidupan sebagai anggota Persit yang harus menghadapi berbagai cobaan kehidupan yang terkadang mengecewakan dan menyedihkan, secara perlahan namun sangat terasa perubahan itu akhirnya tersemat dalam sanubari. Bahwa kesuksesan hidup tidak semata-mata dilihat dari Pangkat, Jabatan bahkan kekayaan harta benda yang dimiliki.

Kini bagi saya pribadi, kesuksesan itu adalah bisa mencintai apa yang saya miliki saat ini, bukan berangan-angan akan apa yang tidak saya miliki, impian hanya akan menjadi nyata kalau saya menggunakan instrumen yang kasat mata saat ini juga. Setiap hari adalah hari baru bagi saya. Bangun tiap pagi dengan hati yang “curious” akan apa yang akan saya alami hari itu. Kesuksesan harus bisa dirasakan setiap hari, bahkan kesuksesan orang lainpun harus bisa kita rasakan.

Suatu saat suami bercerita tentang temannya yang baru saja naik pangkat Kolonel ( 1-10-2008) dan baru dia satu-satunya di angkatan 87, terus terang saya ikut senang bercampur dengan sebuah pengharapan.

(terbersit di fikiran kapan ya pangkat suamiku Kolonel sementara suami masih Job Letkol berarti harus menduduki Job Kolonel dulu dong baru bisa promosi jadi Kolonel) tersusunlah segala strategi yang kira-kira harus saya lakukan dan akhirnya omongan seperti ini terucap,

“Mas silaturahmi gih ke kediaman Mayjen “Anu” siapa tau beliau bisa bantu, beliau kan dulu atasan Mas waktu di Kodam XXX” hehehehe…

nah kan, interfensi istri yang ikut campur urusan dinas mulai muncul.

Padahal sering saya tekankan ke anggota untuk stay away from Urusan Dinas suami,, tapi kalau sudah menyangkut masa depan, rasanya kok gak bisa tinggal diam ya, selalu ingin terlibat memberikan bantuan (kasarnya ngurusi).

“Ga Perlu, nanti juga datang masanya, kalau menghadap hanya untuk urusan itu, penilaian beliau malah jadi lain…”,, iiiih sok gereget (gemes) kalo suami menjawab dengan jawaban tiis (dingin) seperti itu yang sudah jadi trade marknya. Bete, kadang makan malam berlangsung dengan senyap.

Atau mungkin seharusnya saya bersyukur memiliki suami yang masih memiliki Idialisme itu,,, tak jarang suami tidak senang jika saya sudah memasuki “Wilayah Kedinasan”, krn dia pun tidak pernah ngurusi “Wilayah Kepersitan” kecuali berhubungan dengan kedinasan.

Namun tidak bisa dipungkiri lagi, semua Istri tentu menginginkan suaminya memiliki kesuksesan dalam kariernya, yang biasa digambarkan dengan mendapatkan jabatan yang bagus, ditempatkan di wilayah kota besar ,naik pangkat tepat waktu sampai kelulusan dalam test pendidikan apapun.. Untuk mencapai semua itu tentu harus dibarengi dengan upaya-upaya secara formal (syarat administrasi) bahkan non formal. Secara formal pihak institusi TNI telah mengatur, menata karier prajuritnya sesuai prosedur, secara non formal banyak sekali jalurnya salah satunya “jalur Ibu-Ibu”.

Boleh nggak sih kita pake jalur “ibu-ibu” ???

Tentu boleh-boleh saja asalkan,,,,

1. Siap dengan segala resiko yang bakal dihadapi, (kisah nyata nih: Saat Pembukaan Pendidikan Sus****, tanpa disangka-sangka oleh seluruh siswa dan panitia, Sang Mayjen dengan lantang langsung menyebut 3 nama, Kapten A, Kapten B Kapten C, “Kalian berdiri semua” dengan sigap ke 3 orang Kapten tadi berdiri sikap sempurna,,, “kalian tidak berhak ada di ruangan ini, kalian sudah mengambil hak teman kalian yang seharusnya berada disini, pintu keluar ada disebelah kanan kalian ….”” Dengan rasa bingung, malu dan takut, ke-tiga Kapten tadi meninggalkan AULA…. hiiiii mau dikemanain tu muka kalo sdh begitu… selidik punya selidik para istri Kapten tersebut pernah bergerilya dan bertamu ke rumah salah seorang istri Pimpinan yang diduga berpengaruh, ternyata terbukti memang berpengaruh thdp karier suaminya… (pengaruh negative),, jadi siap-siap dengan resikonya ya…

2. Punya keahlian meloby dan piawai merangkai kata-kata yang bisa membuat “Sang Istri Pimpinan” jatuh hati dan iba pada anda. (munafik, manis didepan padahal diomongin juga tu si Ibu ke kita-kita)

3. Punya kemampuan jadi pelayan untuk “Sang Istri Pimpinan” yang diduga punya pengaruh terhadap karier suami. Termasuk mau cuci-cuci piring, sapu-sapu didapur saat ada acara dirumah “Sang Istri Pimpinan”. Salah satu teman saya ada yang memiliki keahlian ini, dan terbukti berhasil. (berdasarkan kisah nyata yang dialaminya)

4. Punya dana taktis yang lumayan gede untuk digunakan sebagai “Hadiah” untuk istri Pimpinan (berupa perhiasan, beliin tiket untuk kesana kemari, menemani shopping sekaligus mbayarin) padahal lebih berkah kalau disedekahkan..

Prinsip tentang Istri tidak boleh ikut campur urusan dinas suami, sepertinya sudah mulai “bias”, karena memang kemanjuran jalur ibu-ibu lebih nyata terlihat dan terbukti (walau tidak semua berjalan lancar), hanya sebagian kecil saja unsur pimpinan yang masih memiliki Idialisme Tinggi, tak jarang dibeberapa tempat saya temui posisi Suami malah DKI (Dibawah Kendali Istri), keputusan sang “PEMIMPIN” tak terlepas dari campur tangan Istri,, kalau sudah seperti itu penilaian tentu mengabaikan kualitas personil, mengacaukan peta jabatan yang semestinya, penilaian secara fair bye bye kelaut aja deh, yang berbuntut merunurunnya semangat kinerja serta loyalitas. Jika kebiasaan ini terus berlangsung akan jadi apa nantinya kualitas TNI yang kita cintai ini, berjalan menuju kebobrokan dan kehancuran kah,,,,??? duuuh jangan sampai deh….

Pepatah “Tak kenal maka tak sayang” saya rasa sangat berlaku dilingkungan TNI, bagaimana mungkin seseorang bisa bekerja dengan optimal jika tidak mengenal sama sekali dengan bawahannya. Tentu saja mengenal tidak hanya nama dan orangnya saja tapi juga tau kredibilitasnya, dedikasinya dan loyalitasnya. Bukan dari seberapa besar upeti yang telah disetorkan.. amit amit bo..!!! Ngga Gua banget deh…!!!

Terus terang keahlian saya meloby hanya sebatas untuk kepentingan Organisasi, apapun InsyaAllah akan saya lakukan untuk kemajuan Organisasi, tapi kalau untuk kepentingan Pribadi, aduuuh….lidah ini langsung kelu, bingung harus merangkainya seperti apa….!!! Apalagi tidak ada izin prinsip dari suami…

Saya akan selalu berdoa untuk para PEMIMPIN kita, agar selalu diberikan kekuatan dalam menjalankan amanah bangsa, semoga mampu bersikap Adil dan Bijaksana dalam menjalankan TUGAS MULIA UNTUK NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ini,,, Semoga…!!!

Prinsip saya sekarang “Lebih baik tidak usah tau dimana suami akan ditempatkan,, karena kalau tidak jadi pasti akan merasa kecewa”. Serahkan semua urusan Kedinasan pada yang berwenang, jangan lupa berdoa memohon yang terbaik untuk Suami dan keluarga. Dan ikhlas menerima apapun keputusan yang ada, InsyaAllah semua ada hikmah terbaik untuk kita. Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Rencana Allah begitu Indah…..

Maaf ya posting kali ini kepanjangan soalnya lagi ngalir nih ide,, maaf juga kalo mata jadi cangkeul (pegel) dan sedikit membosankan.

Terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk membaca blog ini,, akan lebih membahagiakan bagi saya jika berkenan meninggalkan comment..

*************************************

15 comments:

Riffi Amalsyah said...

Hallo, Offie…
Iya tuh, samma. Setuju sekali sama Offie en Mas Kus-nya Offie, karena demikianlah juga yg saya jalani bersama Abang… Biarkan mengalir, ikuti apa adanya. Ngga perlu kita “menjual diri” dengan me-lobby kesana-sini, cukup kita ikutin aja kondisi yg berlaku.
Insya Allah, utk semua yg belum kita terima, Allah selalu sudah menyiapkan “hadiah” lain sebagai ganti apa yg belum kita peroleh seperti orang lain…
Senang sekali baca Blog Offie, keep creative yaa Dear Offie. Btw, bikin Novel yaa… ;-)

comment posted : November 3rd, 2008 at 7:24 pm e
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Theresia said...

My dear Offi,

Apa yg Offi tulis tidak salah, dan dari jaman dahulu memang ada yg pakai “jalan ibu2″ he he, kalau bunda boleh saran ke Offi maupun yg membaca blog Offi, apa yg dikatakan oleh masnya Offi adalah betul. Yg penting masnya kerja dengan optimal, baik dan diimbangi oleh Offi, pasti Offi jalan tsb ada didepan Offi. Bunda mengalami sendiri, tidak pakai “jalur ibu” yah sampai purna bapak OK OK aja, ceritanya nggak disini ya Offi.
Ok, sukses, mengalir aja ya Offi. Tuhan memberkati.

comment posted : November 3rd, 2008 at 11:10 pm http://offikuswanto87.blog.friendster.com

OFFICER MD said...

Siap Mba Riffi,,
semoga tidak ada kata “menjual diri” dalam kamus kita.
Let It Flow just like waterfall ya Mba..

Btw jalur untuk bikin NOVEL mba Riffi lah pakarnya, saya kan sebagai narasumber doang Mba,, Mba yang mahir untuk meramunya supaya lebih mengharu biru di-dramatisir dikit sehingga ceritanya bisa lebih Greget and “Nendang” hehehe..

Terimakasih banyak atas commentnya pada tulisan ini ya Mba,,:)>-

comment posted : November 3rd, 2008 at 11:29 pm
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

OFFICER MD said...

Mohon Maaf Bunda, jika tulisan kali ini memang sedikit menyinggung hal yang sensitive,, Jalur ibu-ibu akan selalu ada di dalam kancah perebutan “HOT JOB” di dunia kemiliteran..
namun banyak juga yang suksess karena Kualitas Person ybs tanpa jalur ibu-ibu..

Saya menantikan kisah Bunda menjalani kehidupan mendampingi Bapak yang bebas dari jalur Ibu-Ibu..

Salam Hormat
Offi Kuswanto

comment posted:
November 3rd, 2008 at 11:37 pm
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Ervina said...

Trimkasih mbak Offie untuk sekali lagi sekolah melalui Blog..heheheh
bener2 makin banyak masukan dan gambaran tentang hidup yg akan saya lewati nanti…
trimasih mbak sekali lagi

salam hormat,
Vin

comment posted:
November 4th, 2008 at 5:18 am e
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Nina Heri said...

Dear Mbak Offie….

Mbak, hatur nuhun sanget buat postingannya… Saya jadi lebih dapat gambaran yang jelas mengenai wilayah ‘abu-abu’ ini. Kadang seperti pengen ikutan begitu, tapi hati kecil menolak keras…..

Saya suka banget dengan contoh kasus nyata yang Mbak ceritakan, benar-benar jadi bahan masukan buat saya dan teman-teman yang lain, supaya tidak salah melangkah dalam mengartikan makna ‘mendukung’ tugas suami.

Kita sama-sama berdoa ya Mbak, supaya di masa yang akan datang semua anggota Persit bisa benar-benar jadi anggota Persit dalam arti sesungguhnya, bukan anggota TNI jadi-jadian alias Persit tapi suka ikutan ngurus soal dines bapak-bapaknya….hehehe…

Many thanks for you… I really admire your courage to write this sensitive issue….

Love you Sis…..

comment posted:
November 4th, 2008 at 5:52 am
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Utami Agung said...

Dear mba Offie …

Hmm baca ini lgsung tuing2 di kepala , tyata ada hal bgituan jg yah di dunia militer ini ..nah jadi pencerahan jg mba buat sya ini yg masih ijo dan belum ngerti hal2 bgituan,ternyata….he he he

tapi buat pembelajaran aja kita ke depan nya , bahwa lebih baik mengandal kan Kualitas dan kemampuan suami kita tuk terus berkarya dan berkarier..dari pada hal2 yg demikian.Well its a good story mba’ pembelajaran dan pencerahan juga tyata ada hal2 demikian di dunia kita ..keep on writing yah mba’…
love you hmuahhh

comment posted:
November 4th, 2008 at 7:52 am
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Nadya Bambang said...

neng offie nu geulis…
soal yang atu ini selalu jadi topik hangat.. ada yang menganggap tabu, pamali n terlarang u ikut campur urusan dinas suami, tapi tak kurang yang menganjurkan kita u sll ikut giat ini- itu dgn tujuan azas manfaat. kita tentu sering “dijejali” kata2 “membina hubungan” dengan atas.. baik oleh temen, senior atau istri atasan suami kita.. kita boleh aja beda perspektif ttg hal tsb (ada yang mengartikan bina hub sbg membina hubunga yang ‘pure’ as bwhan dan atasan, ada jg yang mengartikan bahwa bina hub bisa dimanfaatkan.) terpulang pada masing2 kita, mana yang dirasa cocok y g? tp secara pribadi sih, kayaknya cocok dg ’si kakang’ ofie bhw easy going aja, kalo sdh wktnya pasti sampe juga… n jangan lupa bahwa masing2 dari kita anak manusia sudah ada guratan tangan masing2.. takkan lari gunung dikejar bgt kata ortu…

always,

nad

comment posted:
November 18th, 2008 at 5:57 am e
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

OFFICER MD said...

Hallo Neng Nadya nu Baguer…
Terlepas dari azas manfaat, membina hubungan baik mah wajib atuh, baik dgn senior , junior or teman…
kalaupun masing2 mengartikan lain dari kedekatan dengan atasan,, eta mah kumaha aranjeuna we…. sanes kitu…!!!
Mudah-mudahan rezeki suami-suami kita baik dan barokah ya….

Yu ah saya mau membina hubungan yeuh,,, hubungan bathin dengan suami,, heuheuheu…. mangkaning BOGOR hujan wae yeuh…
haturnuhun comment-na…

comment posted : November 18th, 2008 at 8:06 am http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Domba Garut said...

Juragan,

Personal relationship plays an essential key to advancement as we all are groups of people with different mindsets and character traits.. an effective communicator is one key to ensure that interests are well communicated and understood :D

comment posted : December 6th, 2008 at 8:16 am http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Ninik Ninoy said...

“Jalur Ibu2 memang common ya mbak dimana2…ga cuma di dunia militer kayaknya”….ga kepikiran mbak kayaknya…nyemplung di jala aja setengah basah setengah kering…untung ibu Ketua Cabang baik hati dan tidak sombong hehehee..sampe ga enak hati sendiri…soale ketua ranting yang jarang nongol itu ya aku… grobyaaakk…

Selama ini urusan dinas suami aku memang ga pernah ikut2an…cuma mendengar, menelan dan merenung, kadang berantem juga sih sama suami kalau ada yang ga sreg…Ketika letting2 suami dengan job Dan KRI dicopotin semua…mungkin hanya tersisa 5 orang (termasuk suamiku) dia cuma bilang…”Yo wis tinggal nunggu giliranku dicopot…aku jadi komandan juga ga minta2 ke siapa2…aku jadi komandan karena Tuhan yang kasih”.

Sebaliknya, urusan jala juga dia ga ikut2…cuma ikutan nyumbang duit aja sih hehehe…

Keep writing ya mbak…supaya aku bisa belajar terus dari pengalaman mbak…

comment posted : December 8th, 2008 at 1:55 am http://offikuswanto87.blog.friendster.com

OFFICER MD said...

Terimakasih yang bsebesarnya kepada Mba2, Bunda, Teman2, adik2 dan Mas Luigi, yang sudah meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan Comment pada posting “Gerilaya Ala Persit demi Menggapai Kemulusan Karier Suami…”

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para Beliau…
Dari pangalaman Pribadi , obrolan ringan dengan senior dan teman maka keluarlah tulisan ringan ini untuk di share kpd sesama Persit bahkan Pia dan Jala…

Semoga TNI yang kita Banggakan akan senantiasa mampu membawa nama baiknya di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.
Kami sebagai Pendamping Siap Setia Setiap Saat,,, (Rexona kaliiii),, embeer ya kita kan selalu ngikut kemana suami pindah…

Salam Sayang Selalu Untuk Semua
Offi Kuswanto

comment posted : December 15th, 2008 at 11:24 am
http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Ira Ardian S said...

Assalamualaikum mbak…
Baru kali ini saya meninggalkan comment di blog mbak (setelah mbak ninggalin comment di fs saya “Tapi sayang ya, kalo abis pada baca ga ninggalin comment,, padahal mba ingin sekali mengenal dekat dan memahami pendapat para pembaca blog mba untuk koreksi tulisan kedepannya…”) hihihi jadi malu….

Saya sering banget mendengar dari senior-senior bahwa karir suami itu tergantung bagaimana istrinya. Bahkan walaupun si istri sudah secara total “Excellent” di Persit untuk mendukung si suami, masih juga karir suami ada yang menghambat hanya karena suatu omongan yang diragukan kebenarannya alias gosip.

Dan saya pun menjadi kecil hati karena di “atas” sana saya yang saya kenal adalah Tidak Kenal Siapa-Siapa, karena ibaratnya kami berduapun hanya “anak tani”. Jadi yang kami punya hanyalah Allah SWT.

Setelah membaca tulisan mbak, saya percaya semua adalah milik Allah, karena hanya dari DIA-lah semuanya berasal dan semuanya juga akan kembali pada-NYA.

Thanks To The Inspiring Woman ‘Mbak Offi’

Salam hormat,
Ira Ardhian S

comment posted : December 20th, 2008 at 9:54 pm @ http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Novita Arman said...

mohon ijin comment mbak, yang diceritain mbak memang benar-benar ada karena saya tahu persis ada orang-orang seperti itu disekeliling saya, kadang-kadang dongkol juga sih kita yang kerja benar-benar kalah dari orang2 yang nggak bisa kerja tapi mencari jalan pintas. Tapi bagaimana pun juga semua kita kembalikan pada Yang Di Atas…..
Terima kasih mbak tulisannya memberi kekuatan buat saya...

comment posted :December 22nd, 2008 at 6:50 am @: http://offikuswanto87.blog.friendster.com

Unknown said...

test